Tips Menghadapi TPA Bappenas (1)

Hanifa Eka
5 min readDec 3, 2020

--

Belajar.

Kurang ajar betul ya, kalimat pertama sudah langsung to-the-point seperti itu. Tidak ada kata pengantar yang mengenalkan tes-nya pula.

Photo by Ben Mullins on Unsplash

Mengenal TPA Bappenas

“Bappenas melalui Unit Usaha Otonom Penyelenggara Tes (UUO PT) mengembangkan alat seleksi yang dinamakan Tes Potensi Akademik (TPA). Semula tes potensi akademik dari Bappenas ini bernama TPA OTO-Bappenas, namun sekarang bernama TPA Bappenas.”

Gitu kalau kata Kartika Dewayani, penulis buku latihan soal berjudul Top Skor TPA Bappenas dan Pascasarjana.

Buat yang belum tahu, TPA Bappenas umumnya digunakan untuk penerimaan mahasiswa S2 atau S3, seleksi penerimaan pegawai, penerimaan beasiswa, atau promosi jabatan. Biasanya instansi akan menentukan batas nilai minimal kelulusan yang perlu diraih peserta. Jadi orang-orang akan ikutan tes yaa dalam rangka mencapai nilai minimal tersebut.

UUO PT Koperasi Pegawai Bappenas murni yang memproduksi soal, menghitung skor, dan menerbitkan sertifikat. Bukan yang menentukan kelulusan.

Tesnya terdiri dari tiga sub tes. (Seingat saya) pembagiannya seperti ini:

  1. Sub-tes 1 (kemampuan verbal) 90 soal
  2. Sub-tes 2 (kemampuan kuantitatif) 90 soal
  3. Sub-tes 3 (kemampuan penalaran) 70 soal

Masing-masing sub tes dikerjakan selama satu jam. Lembaran setiap sub tes disegel. Dibukanya pakai batangan pensil. Segel baru boleh kita buka saat akan mengerjakan sub tes tersebut.

Lembar jawabnya berupa LJK dan diisi menggunakan pensil 2B. Total pengerjaannya tiga jam. Penjaga tes akan memberi tanda untuk memulai dan berganti sub tes. Pengerjaan setiap sub tes benar benar dibatasi hanya 60 menit. Lembar setiap sub tes berbeda warna. Jadi kalau kamu punya ide “gampang ah entar tinggal diem diem ngerjain sub tes lain kalau ada waktu sisa” dih mohon maaf ya. Ide tersebut fix ngga bisa diaplikasikan.

Kalau ada waktu sisa, pol mentok bisa dipakai untuk menghitamkan lembar jawaban. Setelah waktu habis, kita harus mengumpulkan lembar jawab dan buku soal. Surprisee! Soal TPA Bappenas tidak bisa dibawa pulang dan dibahas bersama teman-teman!

Hasil TPA Bappenas berupa sertifikat berukuran 21,3 x 9,3 cm berisi skor sub tes 1 (kemampuan verbal), sub tes 2 (kemampuan kuantitatif), sub tes 3 (kemampuan penalaran), dan skor total. Skor TPA Bappenas berlaku dua tahun sejak tanggal tes diikuti. Skor total terendah adalah 200. Skor total tertinggi adalah 800.

Menurut saya, konsepnya mirip mirip tes TOEFL atau IELTS: kamu ngerjain tes lalu dapat sertifikat (berisi skor tes) yang akan berlaku dalam jangka waktu tertentu.

Konsepnya mirip. Jadi tips mengerjakannya pun bakal mirip: belajar.

Seriusan deh. Belajar sebelum tes sangat penting karena TPA Bappenas itu sulit. Jumlah soalnya banyak, tingkat kesulitannya mantap, waktunya terbatas, dan masih perlu menghitamkan LJK pula.

Kita tidak bisa dengan mudah bilang, “Wes lah bismillah wae. Yakin. Gaske. Wong pinter kalah karo wong bejo.” Maaf maaf ya, kak, kalau bisa pas mengerjakan TPA Bappenas itu pinter plus bejo. Jangan salah satunya aja.

Kenapa begitu? Karena tesnya sulit dan biayanya cukup tinggi. Saya punya pengalaman mengerjakan TPA Bappenas pada tahun 2020. Dua kali pula. Yang pertama tes mandiri (biayanya sekitar Rp500.000-an) dan satunya lagi bagian dari seleksi CPNS (gratis, tapi tentu saja tidak mendapatkan sertifikat).

Apakah salah satu tesnya lebih mudah? Tidak dong.

Apakah monangis? Apakah momeninggal? Ngga juga. Palingan malam sebelum tes tuh agak sulit tidur.

Tingkat kesulitan TPA Bappenas meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Merasuk ke dalam hati dan pikiran sampai rasa-rasanya saya perlu menulis tips belajar dan mengerjakan tes ini. Hehe.

Jadi gini tips umumnya:

Belilah Buku Latihan Soal TPA Bappenas

Belilah buku latihan soal TPA Bappenas yang terbaru karena setiap tahun penyelenggara tes akan memperbaharui dan menambah jenis soal. Saya pernah diceritain penyelenggaranya (beliau sendiri yang cerita di depan ruangan pakai mic) katanya mereka bisa menambah enam paket soal setiap tahun.

Kalau ada cukup uang, belilah buku latihan soal yang terbaru di toko buku ya. Biasanya makin baru bukunya, makin sulit soal-soalnya. Jadi makin bagus buat melatih otak supaya terbiasa dengan keragaman bentuk soal TPA Bappenas.

Belilah buku latihan yang jumlah paket soalnya terhitung banyak. Biasanya saya akan melihat harga buku dan daftar isi. Lalu membaginya untuk mendapatkan angka “jadi berapa ribu ya harga per-paket soal?” Ya maap kalau saya perhitungan. Hehe.

Terimalah dengan Lapang Dada Soal Sistem Penghitungannya

Ya gimana ya. Sistem penghitungan skor TPA Bappenas memang tidak diinformasikan ke publik. Kita cuma bisa tahu skor dari setiap sub-tes dan nilai total. Hal ini akan jadi wajar ketika kita ingat, “Oh ya dalam soal psikotes kita juga tidak benar-benar tahu apa yang jadi penilaian dan tiba-tiba hasilnya sudah hasil interpretasi pengujinya.

Dalam buku latihan soal, biasanya ada informasi sistem penghitungan skor TPA Bappenas. Namun saran saya pribadi, sebaiknya tidak menjadikannya patokan yang saklek. Penulisnya bukan penyelenggara tes, buku itu juga bukan terbitan UUO PT Koperasi Pegawai Bappenas (selaku penyelenggara resmi), bisa jadi informasi skornya kurang tepat kan?

Saran saya, informasi sistem perhitungan skor di sana sebagai gambaran sepintas untuk membuat strategi. Misalnya:

  • Setidaknya perlu mengerjakan berapa soal ya supaya bisa dapat skor 600?
  • Bagian subtes apa yang bisa saya andalkan agar skor total bisa tinggi?

Tapi yaa yasudah. Sebatas itu aja.

Belajarlah Mengelola Emosi

Coba bayangkan:

Sub tes 1 (kemampuan verbal) berjumlah 90 soal, tetapi saat waktu habis, ternyata kita baru mengerjakan sampai nomor 45. Itu pun ada beberapa soal yang sudah kita lewati. Ya ampun lihatlah LJK itu tampak terlihat bersih alias belum banyak yang dihitamkan.

Karena sudah diberi komando untuk membuka sub tes 2, yasudahlah kita buka segelnya. Lalu kita dikagetkan saat melihat ragam angka di sub tes 2 (kemampuan kuantitatif). Menarik sekali ya melihat akar bertumpuk-tumpuk dan angka dibelakang koma yang berderet panjang seperti kereta.

Yang gini gini nih, bikin kita merasa gagal dan semakin ga kompeten. Perasaan ini sangat berbahaya saat mengerjakan TPA Bappenas. Maka latihlah diri supaya tidak merasa ambyar dan tetap fokus pada solusi saat mengerjakan tesnya. Untuk mengatasi ini, saya melakukan:

  1. Yoga dan meditasi untuk melatih grounding dan fokus
  2. Saat latihan soal, memasang timer 60 menit untuk setiap sub-tes. Jadi terbiasa mengerjakan soal dalam jangka waktu terbatas dan bisa sekalian latihan meningkatkan kapasitas diri
  3. Saat tes sering melihat ke depan (karena kadang disediakan timer). Kita perlu update ‘berapa waktu yang tersisa untuk mengerjakan soal’ karena kadang soal tes begitu asik dan membuai. Sehingga tanpa sadar satu soal menghabiskan >3 menit.

Tipsnya masih banyak nih. Maaf banget ngga bisa disingkat. Semoga tidak jadi sesuatu yang ngeselin. Hehe. Saya lanjutin di tulisan selanjutnya ya.

--

--

Hanifa Eka

mba mba yang memelihara kucing dan membacakan dongeng